Judul headline harian
ini ”UN Terburuk” (SM, 16/04) untuk menggambarkan kekacauan pelaksanaan ujian
nasional (UN) 2013, untuk satuan SMA dan sederajat. Mulai Senin, 6 Mei 2013,
berbarengan adengan pelaksanaan ujian nasional jenjang sekolah dasar (SD),
layak menjadi momentum mengevaluasi kebijakan Kemendikbud.
Pertanyaan
kristisnya, haruskaah pelaksanaan UN yang sudah mentradisi sejak 1965
terus-menerus dilakukan secara manual. Tatkala pada 22 Oktober 2009 M Nuh
terpilih sebagai Mendiknas (kini Mendikbud) pada Kabinet Indonesia Bersatu II,
sebagian orang berpikir akan lahir kebijakan ”revolusioner” dalam pemanfaatan
teknologi informasi untuk pendidikan.
Pemikiran
itu mengingat M Nuh adalah mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya, bahkan sebelumnya menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika
(2007ñ2009). Prediksi tersebut ternyata tepat manakala Kemendikbud melakukan
uji kompetensi guru (UKG) secara online.
Meski
masih banyak kekurangan, waktu itu langkah Kemendikbud patut diapresiasi karena
telah mendobrak tradisi pelaksanaan ujian, dari secara manual menjadi online.
Di sisi lain, upaya itu sekaligus ”memaksa” semua guru melek IT. Namun
sepertinya Mendikbud berhenti pada titik itu, belum berani melaksanakan ujian
online untuk UN.
Padahal,
ada peluang besar kesusksesan pelaksanaan UN manakala dilakukan secara online.
Dengan anggaran Rp 331,8 triliun, sudah selayaknya pemerintah mengaji ulang
sistem pelaksanaan UN yang selama ini dilakukan secara manual. Sistem yang
sekarang ini ada masih sangat rentan terhadap kecurangan yang bisa
terjadi hampir pada tiap tahapan.
Sistem
online juga meminimalkan terjadinya kebocoran soal karena semua
pengolahan data dari proses soal sampai pada penilaian dijalankan lewat
jaringan komputer. Dalam penyelenggaraan UN berbasis online ini proses
penilaian juga dapat diketahui secara cepat dan tepat, karena kunci jawaban
sudah dimasukkan dalam database.
Persoalan Lama
Model ini
juga bisa mengatasi persoalan lama waktu proses penilaian dengan pemindai. Untuk
mengantisipasi kendala geografis, sistem online ini dapat dibagi menjadi tiga
zona, yaitu barat, tengah, dan timur, dan masing-masing zona mempunyai pusat
server tersendiri.
Berapa
besar biaya untuk menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer?
Biaya yang dibutuhkan cukup besar, namun manakala anggaran besar digunakan
untuk pengadaan dan pengembangan perangkat teknologi informasi komunikasi,
ketika UN selesai maka alat beserta propertinya masih utuh dan dapat digunakan
lagi untuk pelaksanaan tahun berikutnya.
Masyarakat
perlu mendorong gagasan ini mengingat pembelajaran pada abad ke-21 mengharuskan
dunia pendidikan kita melek IT. Pemanfaatan teknologi informasi dalam UN, juga
menjawab kekhawatiran para guru TIK yang saat ini tengah dirundung ketakutan
manakala kurikulum 2013 diberlakukan maka pelajarannya terhapuskan.
Dengan UN
online maka keberadaan mata pelajaran TIK yang selama ini sudah ada dan
berjalan akan makin penting dan dibutuhkan keberadaannya. Tentu kita tidak
ingin selamanya bangsa kita menjadi bangsa yang gagap teknologi.
UN secara online juga akan menjadikan sekolah secara nyata menjadi pelopor lembaga yang ramah lingkungan sekaligus penanam kesadaran terhadap lingkungan bagi siswa. Dapat kita bayangkan, berapa pohon bahan baku kertas yang mampu kita selamatkan.
UN secara online juga akan menjadikan sekolah secara nyata menjadi pelopor lembaga yang ramah lingkungan sekaligus penanam kesadaran terhadap lingkungan bagi siswa. Dapat kita bayangkan, berapa pohon bahan baku kertas yang mampu kita selamatkan.
Saatnya
kebijakan nirkertas diimplementasikan di ruang kelas. Termasuk ketika penugasan
paper harian, guru seharusnya membudayakan pengumpulan dalam bentuk file
(berkas) digital melalui email. Saatnya teknologi makin memudahkan hidup,
sekaligus menjadikan makin ramah terhadap lingkungan.
Joko
Sulistiyono ;
Guru TIK SMA 6 Semarang,
Peserta Magang Pengawas Sekolah di
National Institute of Education International (NIEI) Nanyang Technological
University Singapura
SUARA MERDEKA, 08 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar demi Refleksi