Kurikulum
2013 siap diimplementasikan tahun ini. Meski menuai kritik dan kecaman, tetapi
tuntutan pendidikan era saat ini dan masa depan bukan hanya menekankan domain
pengetahuan (knowledge), melainkan harus menekankan juga aspek afektif dan
psikomotorik secara proporsional.
Hal
itu sesuai penjelasan Pasal 35 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional sehingga membutuhkan jam pelajaran yang lebih lama karena terjadi
perubahan proses pembelajaran di mana peserta didik dituntut mencari tahu atau
student center learning sesuai empat pilar pembelajaran. Menurut UNESCO, empat
pilar tersebut yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja
(learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan
belajar menjadi diri sendiri (learning to be) sehingga proses penilaian menjadi
lebih lengkap meliputi proses dan outcome.
Kurikulum
2013 mengembangkan kompetensi lulusan dengan keseimbangan antara soft skill dan
hard skill yang diharapkan menjawab persoalan yang akhir-akhir ini banyak
berita yang mengabarkan demoralisasi. Hal ini terlihat dari banyaknya kekerasan
terhadap anak maupun perempuan, perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,
plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak masyarakat yang semakin besar
terhadap suatu isu/euforia berlebihan. Karena itu, kebutuhan pendidikan saat
ini adalah kaum muda terpelajar yang fleksibel, kreatif, dan proaktif.
Kaum
muda harus bisa memecahkan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis,
mengomunikasikan ide secara efektif, serta bekerja efisien dalam kelompok.
Sekadar mengetahui suatu ilmu pengetahuan tak lagi cukup untuk berhasil dalam
dunia yang berkembang dengan pesat dan makin kompleks ini. Satu sisi dunia
kerja/ bisnis justru memiliki demand professional yang menuntut mereka memiliki
hard skill dan soft skill untuk dapat dikembangkan seiring kebutuhan industri.
Industri juga membutuhkan lulusan yang terampil dalam komunikasi interpersonal,
kerja sama tim, dan konflik manajemen.
Karenanya,
diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat dalam memecahkan solusi
permasalahan tersebut. Lembaga Pendidikan Tinggi di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Telkom telah mengujicobakan metode pembelajaran yang mungkin dapat
menjawab bagaimana pengimplementasian kurikulum 2013. Metode tersebut tak hanya
membekali peserta didik dengan hard skill, tapi juga soft skill yang dinamakan
Integrative Collaborative Active Learning (ICL). Metode ini menuntut peserta
didik belajar aktif terintegrasi dan berkolaborasi dalam suatu topik bahasan.
Perlu
disadari proses pembelajaran yang terintegrasi dianjurkan untuk institusi
pendidikan sebagai sarana mempromosikan basis pengetahuan yang lebih luas dan
keterampilan interpersonal, seperti komunikasi, pemecahan masalah, dan kerja
tim. Metode pembelajaran ini sudah diujicobakan selama dua semester dengan
hasil bahwa proses pembelajaran berkolaborasi antara dosen dan mahasiswa serta
terintegrasinya antarsubyek mata kuliah dalam mengembangkan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara simultan menunjukkan hasil positif.
Selanjutnya,
metode pembelajaran ini akan dipresentasikan dalam The 12th International
Decision Sciences Institute Conference in Conjunction with The 18th Asia
Pacific DSI Conference pada Juli nanti di Bali. Secara formal, metode ini bakal
diterapkan di Yayasan Pendidikan Telkom. Pembelajaran yang terintegrasi
antarsubyek mata kuliah dan kolaborasi antardosen serta keaktifan peserta didik
dapat mengembangkan kemampuan hard skill dan soft skill peserta didik secara
baik.
Sistem
penilaian yang digunakan adalah penilaian proses seperti penggunaan reward and
punishment. Penilaian outcome jelas dilakukan melalui tugas, ujian tengah
semester, dan ujian akhir semester. Adapun model metode ini adalah sebagai
berikut: Sumber: tim experiment ICL Metode pembelajaran ICL ini sebagai sarana
belajar peserta didik dalam penciptaan learning to know, learning to do,
learning to live together sehingga tercapai learning to be yang sesuai empat
pilar pendidikan.
Paradigma
pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar-mengajar efektif, di mana
peserta didik sebelum mengetahui suatu hal harus melakukan terlebih dulu.
Peserta didik dan guru/dosen berkolaborasi dalam pembelajaran di mana
guru/dosen sebagai fasilitator sehingga memunculkan pembelajaran aktif/student
center le arning. Kolaborasi antara guru/dosen dengan peserta didik menekankan
peserta dilatih untuk sadar dan mampu berbuat atau tindakan produktif dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor karena fisik, mental, maupun
emosionalnya dapat terakomodasi.
Aktivitas
peserta didik dalam proses pembelajaran terkait berbicara atau komunikasi,
mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan
mengenai isi pengajaran, ide, serta berbagai hal terkait dengan materi yang
sedang dipelajari secara aktual.
Ama
Suyanto ;
Dosen Institut Manajemen Telkom (IMT-
Bandung) Advisor Metode Pembelajaran ICL S3 Alumni Southern Cross University
Australia
KORAN SINDO, 14 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar demi Refleksi