Tanggal 6 Juni adalah Hari Lahir Soekarno,
proklamator Kemerdekaan RI. Soekarno lahir dari keluarga bangsawan, tetapi
justru sangat dekat dengan rakyat kecil. Ini tak lepas dari seorang perempuan
bernama Sarinah, pengasuhnya saat kecil, yang setiap pagi memberikan sarapan
ilmu tentang kehidupan orang kecil kepadanya. Sejak muda Soekarno memang sangat
lantang dan membenci segala bentuk penjajahan di Indonesia. Dia berusaha sekuat
tenaga dengan segala keterbatasannya, selalu melakukan upaya-upaya perlawanan untuk
mencapai kemerdekaan bangsa dengan berbagai cara.
Soekarno muda ketika menjadi mahasiswa di Sekolah
Teknik Bandung (sekarang ITB) membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). Pada
Kongres PNI pertama, Soekarno terpilih sebagai Ketua PNI. Kegiatan politik
Soekarno muda tidak disukai Belanda sehingga ia sering dipenjarakan. Meskipun
demikian, Soekarno tidak patah semangat untuk berjuang memerdekakan Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang, Soekarno diminta
Jepang mengobarkan semangat bangsa Indonesia agar bersedia membantu melawan
Sekutu. Untuk itu, Soekarno bersama dengan Drs Moh Hatta. KH Mas Mansyur, dan
Ki Hajar Dewantara (Empat Serangkai) ditunjuk sebagai pemimpin organisasi
Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Namun, oleh tokoh Empat Serangkai, Putera justru
dimanfaatkan untuk menggembleng watak bangsa Indonesia agar lebih cinta dan
rela berkorban untuk tanah airnya.
Menjelang kemerdekaan Indonesia, Soekarno berjuang
di dalam organisasi BPUPKI dan PPKI. Soekarno menyumbangkan pemikirannya
dalam pembentukan dasar negara Indonesia merdeka yang disebutnya dengan
Pancasila pada lembaga BPUPKI. Soekarno juga dipercaya menjadi Ketua PPKI,
panitia khusus yang dipersiapkan kemerdekaan Indonesia. Puncaknya, Soekarno
bersama Hatta pada 17 Agustus 1945 mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia atas nama seluruh bangsa Indonesia.
Meskipun bangsa Indonesia telah merdeka, perjuangan
Soekarno tidak berhenti begitu saja. Pada sidang PPKI, 18 Agustus 1945,
Soekarno terpilih dan dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia yang
pertama. Walaupun pada dekade 1950-an, Hatta hengkang dari Dwitunggal, Soekarno
tetap memimpin negara dan bangsa Indonesia sampai akhirnya jatuh tahun 1966.
Dan, pada 21 Juni 1970 meninggal dunia di dalam tahanannya, Wisma Yaso, dengan
status sebagai tahanan rumah sekaligus tahanan politik.
Tokoh Teladan
Membaca jejak hidup Soekarno sangat tepat dijadikan
sebagai refleksi dan inspirasi dalam menegakkan kembali pendidikan kebangsaan.
Pendidikan kebangsaan merupakan program pendidikan sebagai wadah pembelajaran
dengan metode dan pendekatan yang khusus dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam berdemokrasi, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks
ini, Soekarno merupakan prototipe tokoh teladan bangsa dalam pendidikan
kebangsaan.
Pemerintah sebenarnya sudah mendisain pendidikan
kebangsaan ini. Kemendikbud dan Kemendagri menandatangani nota kesepahaman
bersama tentang penyelenggaraan pendidikan kebangsaan pada 7 Maret 2011. Hal
ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2010-2014, yang menyebutkan perlunya pengembangan pusat pendidikan politik dan
kebangsaan. Termasuk, di dalamnya pendidikan politik dan pendidikan pemilih,
partisipasi politik rakyat, dan pusat pendidikan kebangsaan.
Muhammad Nuh (2011) mengatakan, lembaga pendidikan
berupa perguruan tinggi merupakan institusi yang independen, karena tidak
didirikan untuk kepentingan partai politik tertentu, atau kepentingan
pemerintah, melainkan untuk kepentingan bangsa, sehingga sangat tepat dijadikan
sebagai tempat pendidikan kebangsaan. Sumber daya manusia (SDM) di universitas
luar biasa, terus mengalir. Kemudian, dalam melakukan kajian, universitas
menggunakan prinsip benar dan utuh, serta mampu melihat ke depan, untuk jangka
panjang.
Pendidikan kebangsaan ini penting karena dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, selalu ada dinamika sosial dan politik yang
berkembang mewarnai proses demokratisasi di Indonesia. Pendidikan kebangsaan
dapat memberikan kontribusi dan menghasilkan sesuatu yang strategis untuk
mengatasi permasalahan bangsa ke depan.
Secara histori-empirik, menurut Ki Supriyoko
(1995), pendidikan kebangsaan Indonesia tumbuh dan berkembang melalui dua jalur
sekaligus; masing-masing jalur pendidikan alam (natural education) dan
pendidikan yang direncanakan (systematic education). Jalur yang pertama secara
linear ditarik dari abad ke-14 pada zaman Majapahit dan abad ke-7 pada zaman
Sriwijaya. Sementara jalur yang kedua ditarik dari titik awal sejarah Indonesia
modern yang ditandai dengan lahirnya BO (Boedi Oetomo) tahun 1908.
Sampai sekarang ini, dua jalur ini masih berjalan
secara efektif. Pendidikan kebangsaan itu sendiri pada hakikatnya merupakan
satu proses yang tak pernah berhenti (never ending process), sehingga bentuknya
senantiasa sangat bergantung pada perkembangan alam dan zaman. Kalau pada era
prakemerdekaan, pendidikan kebangsaan Indonesia lebih termanifestasi dalam
semangat persatuan dan kesatuan untuk melawan penjajah, maka pada era
pascakemerdekaan ini lebih termanifestasi dalam semangat persatuan dan kesatuan
untuk mensukseskan pembangunan.
Semangat perjuangan Soekarno menjadi catatan
krusial bagi bangsa Indonesia untuk menegakkan pendidikan kebangsaan, agar
semakin menancap kuat akar kebangsaannya. Aktualisasi pemikiran dan gerak
langkah Soekarno menjadikan pendidikan kebangsaan semakin kaya dan relevan
dalam menjawab problematika politik dan demokrasi di Indonesia.
Siti
Muyassarotul Hafidzoh ;
Peneliti pada
Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri
Yogyakarta
SUARA KARYA, 04 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar demi Refleksi