PTN Luar Jawa, Dana Terbatas Miskin Fasilitas
Ketika perguruan tinggi lain berlomba-lomba
menjadi perguruan tinggi kelas dunia (world class university), perguruan tinggi
negeri di luar Jawa justru terseok-seok dengan banyak persoalan. Selain
kekurangan tenaga pengajar berkualitas, perguruan tinggi negeri di luar Jawa
juga menghadapi persoalan terbatasnya dana dan minimnya prasarana.
Universitas Palangkaraya di Kalimantan Tengah,
misalnya, melayani sekitar 13.000 mahasiswa dan menerima sekitar 3.000
mahasiswa baru setiap tahun. Jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan
perguruan tinggi lain. Meski demikian, perguruan tinggi ini menghadapi
persoalan kurangnya ruang kelas dan minimnya fasilitas laboratorium.
”Untuk laboratorium fakultas kedokteran saja butuh
dana sekitar Rp 50 miliar,” kata Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan
Keuangan Universitas Palangkaraya Ciptadi.
Mengandalkan keuangan rutin Universitas
Palangkaraya untuk melengkapi fasilitas laboratorium, menurut Ciptadi, tentu
tidak mungkin karena anggaran tahunan Universitas Palangkaraya sangat terbatas.
Pada 2011 lalu anggaran Universitas Palangkaraya sekitar Rp 193 miliar,
sementara anggaran 2012 sekitar Rp 200 miliar. Mengandalkan uang kuliah
mahasiswa untuk membeli fasilitas laboratorium juga tidak mungkin karena uang
kuliah mahasiswa hanya sekitar Rp 1,2 juta per semester yang masuk dalam
penerimaan negara bukan pajak.
”Untuk fasilitas laboratorium, kami meminta khusus
kepada pemerintah,” kata Ciptadi.
Bukan hanya fasilitas laboratorium yang terbatas.
Karena anggaran untuk perawatan fasilitas kampus sangat minim, sejumlah
fasilitas yang tersedia seperti terbengkalai. Cat gedung Perpustakaan
Universitas Palangkaraya, misalnya, kusam dan di beberapa bagian dindingnya
retak-retak. Di Laboratorium Dasar dan Analitik Universitas Palangkaraya,
sejumlah jeriken kecil, tabung, dan botol air mineral tergeletak di atas meja
semen berlapis keramik. Sungguh tak nyaman untuk institusi pendidikan berstatus
perguruan tinggi negeri (PTN).
Tenaga
Dosen Terbatas
Selain fasilitas terbatas, jumlah dosen di PTN
luar Jawa umumnya juga terbatas. Untuk 13.000 mahasiswa sejumlah program studi
di Universitas Palangkaraya, hanya tersedia 850 dosen dengan spesifikasi 25
guru besar, 60 doktor, 450 lulusan S-2, dan sisanya berpendidikan S-1.
Di perguruan tinggi ini, dosen program studi ilmu
pasti rata-rata mengajar 60 mahasiswa. ”Padahal, idealnya mengajar 15
mahasiswa,” kata Pembantu Rektor Bidang Akademik Universitas Palangkaraya
Kumpiady Widen. Dosen program studi ilmu sosial rata-rata menangani lebih dari
30 mahasiswa.
Di Universitas Cenderawasih, Papua, dari sekitar
600 dosen, baru 75 persen yang berpendidikan S-2 dan S-3. ”Masih banyak dosen
yang berpendidikan S-1,” kata Rektor Universitas Cenderawasih Festus Simbiak.
Ketimpangan dosen PTN di Jawa dan luar Jawa yang
kemudian mendorong lahirnya ide mutasi dosen antar-perguruan tinggi.
”Semangatnya adalah untuk memajukan PTN luar Jawa,” kata Dharmaningtyas,
praktisi pendidikan yang ikut memberikan masukan dalam RUU PT.
Menurut Emil Salim, Guru Besar (Emeritus)
Universitas Indonesia, tanpa diatur undang-undang pun, UI sudah banyak membantu
dalam pendirian universitas baru, termasuk mengirimkan dosen ke sejumlah
universitas. ”Itu bagian Tri Dharma perguruan tinggi. Tak perlu diatur
pemerintah. Biarkan perguruan tinggi mengatur dirinya sendiri,” ujarnya.
Laporan
Khusus Tim Kompas
KOMPAS,
20 Juli 2012
sangat tidak setuju adanya mutasi dosen. kalo sudah berkeluarga, repot kalo pindah pindah kota. apalagi anak udah bersekolah tingkat menengah yg gak mudah di pindah pindah. ditinggal juga ga mungkin.
BalasHapus