DAMAI
adalah karakter. Untuk mencapainya, dibutuhkan laku sikap dan cara berpikir
positif yang dirancang melalui sebuah skenario. Jika skenario adalah sebuah
rencana, pendidikan adalah domain yang mampu mewadahi setiap orang untuk
menggali potensi damai dalam diri masing-masing. Dalam pendidikan, seseorang
harus bersedia belajar tentang semua hal, termasuk menggali rasa dan situasi
damai. Seperti semua ajaran agama, rasa dan situasi damai merupakan pesan abadi
yang dibawa setiap nabi dengan agama masing-masing. Karena itu, pendidikan
ialah sarana keselamatan setiap orang.
Rencana
pemerintah yang akan melakukan revisi terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan memasukkan kompetensi sikap (attitude) sebagai landasan
pengembangan kurikulum yang baru patut mendapat respons positif. Setidaknya ada
empat alasan pengembangan kurikulum versi pemerintah ini dilakukan. (1)
Fenomena yang mengemuka seperti maraknya tawuran dan praktik kekerasan lainnya
di tingkat sekolah, serta ketidakjujuran dalam penyelenggaraan ujian nasional.
(2) Persepsi masyarakat yang menyangkut beratnya beban kurikulum, nirkarakter,
dan terlalu kognitif.
Dua
alasan terakhir ialah (3) tantangan masa depan berupa globalisasi dan kemajuan
informasi/teknologi serta (4) kompetensi masa depan yang di antaranya
diperlukan kemampuan komunikasi yang baik terutama dalam menimbang aspek
moralitas dari setiap peristiwa yang terjadi dengan kemampuan berpikir kritis.
Keempat alasan itu penting untuk dicermati, terutama menyangkut persepsi
masyarakat soal minimnya karakter siswa. Karena itu, memasukkan isu pendidikan
damai dan toleransi merupakan imperatif bagi usaha penubuhan dan implementasi
kurikulum baru.
Salah
satu strategi yang dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap dan karakter siswa
yang positif ialah melalui kurikulum yang damai. Dengan lebih mengedepankan
sikap dan karakter, bisa dibayangkan bahwa proses belajar-mengajar akan
mengalami banyak perubahan. Jika dalam kurikulum lama peran guru dan buku teks
sangat dominan, dalam perspektif kurikulum baru penelusuran minat dan bakat
siswa jauh lebih utama untuk diidentifikasi terlebih dahulu oleh para guru. Itu
artinya tingkat kreativitas guru harus menjadi prioritas utama untuk
ditingkatkan melalui sebuah skenario professional development yang akurat.
Terus Belajar
Pengembangan
kemampuan profesional (professional development) sesungguhnya merupakan usaha
sadar dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu tenaga pendidikan di sebuah
lembaga pendidikan. Di antara beberapa prinsipnya ialah, pertama, manajemen
sekolah harus senantiasa berusaha menumbuhkan kesadaran dan minat di kalangan
guru untuk terus-menerus belajar agar mereka dapat merespons tuntutan (standar)
profesionalitas dan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang berjalan
secara dinamis. Peran kepala sekolah sangat penting dalam menangani isu itu.
Kedua,
proses pembelajaran merupakan kunci utama untuk meraih hasil pendidikan yang
optimal. Oleh sebab itu, penting bagi setiap sekolah untuk memberikan prioritas
pada proses belajar-mengajar yang bermutu. Untuk itu, penguasaan tentang bidang
studi yang diajarkan (kompetensi) dan keragaman pendekatan pembelajaran,
termasuk metode, merupakan bagian yang menyatu dalam setiap upaya untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru.
Ketiga,
interaksi antara guru dan murid di dalam proses pembelajaran merupakan bagian
yang menentukan pembelajaran yang efektif. Keberhasilan murid dalam memahami
atau menguasai apa yang disampaikan guru dalam pembelajaran (konsep atau bahan
ajar) tidak dapat dipisahkan dari kemampuan guru dalam mengomunikasikannya.
Untuk itu, diperlukan kemampuan atau keterampilan guru berkomunikasi secara
efektif dalam menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu (quality teaching).
Keempat,
murid sebagai subjek dari pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dicirikan atau
mensyaratkan adanya peran serta aktif murid dalam pembelajaran. Kemampuan guru
untuk mendorong para murid aktif dalam proses pembelajaran menjadi faktor
penting dalam menciptakan pembelajaran yang bermutu. Untuk itu, diperlukan
kemampuan guru dalam menerapkan dan mengembangkan pendekatan-pendekatan
partisipatif (active learning).
Pengembangan
kemampuan komunikasi guru yang efektif itu cukup menarik, apalagi jika
dikaitkan dengan konsep self-training yang pernah dijabarkan oleh Thomas Gordon
(2000), pakar pendidikan yang dikenal luas sebagai pionir dalam kemampuan
komunikasi guru. Gordon pakar di bidang penggunaan metode-metode resolusi konfl
ik terhadap hubungan sekolah murid-guru-orangtua, yang tergambar dalam bukunya,
Teacher Effectiveness Training (TET). Guru diharapkan mampu membekali diri
dengan keterampilan dan metode komunikasi efektif agar dapat menciptakan suatu
tujuan diri (self-direction), tanggung jawab pada diri sendiri
(selfresponsibility), penentuan nasib sendiri (self-determination),
pengontrolan diri sendiri (selfcontrol), dan evaluasi diri sendiri
(self-evaluation).
Saya
membayangkan, dalam proses belajar-mengajar para guru secara terbuka
mendiskusikan perbedaan budaya, toleransi, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya.
Guru juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan interaksi
sosial siswa yang mampu meningkatkan nilainilai kedamaian. Di atas semuanya,
kemampuan guru untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan
mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan konflik dan kekerasan di
lingkungan sekolah. Karena itu, kurikulum yang damai merupakan tuntutan yang
tidak dapat dihindari dalam strategi dan implementasi kurikulum baru.
Ahmad Baedowi ;
Direktur Pendidikan Yayasan Sukma,
Jakarta
MEDIA INDONESIA, 17 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar demi Refleksi