Arah
Pendidikan
Menjelang tahun ajaran baru yang diba rengi dengan
liburan panjang sekolah dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk
mendaftarkan putra-putrinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Perma salahan
sering muncul pada saat pendaftaran sekolah, seperti pungutan liar, sistem
pendaftaran yang penuh ‘intrik’, dan uang pangkal ketika masuk perguruan
tinggi.
Hal ini menjadi miris mengingat sektor pendidikan
yang merupakan garda terdepan pembangunan manusia penerus bangsa ternyata ikut
jadi korban gurita korupsi. Pendidikan seharusnya digunakan untuk menimba ilmu
dan mengembangkan kepribadian yang out put-nya diharapkan menjadi lulusan yang
profesional ketika memasuki dunia kerja.
Tenaga kerja dalam pelaksanaan pembangunan
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan. Indonesia sudah lama mengalami masalah ketenagakerjaan yang
disebabkan oleh tidak terserapnya angkatan kerja yang tumbuh cepat dan besar
jumlahnya.
Sejumlah masalah serius yang dihadapi Indonesia
dalam pengembangan kualitas SDM adalah konsekuensi yang tidak dapat dicegah,
yaitu adanya pengangguran terdidik yang tetap besar. Walaupun pengangguran
tidak bisa secara langsung dikaitkan sebagai pengaruh langsung dari pendidikan,
setidak nya pengaruh ini akan menjadi tantangan yang perlu diperhitungkan dalam
pembaruan pendidikan di Indonesia.
Adanya pemahaman bahwa biaya pendidikan sebagai
opportunity cost, meningkatkan kepercayaan bahwa pendapatan lebih berarti
sebagai tambahan penghasilan orang tua dalam menutup beban tanggungan keluarga.
Imbauan bahwa anak-anak harus sekolah tidak diimbangi dengan rendahnya tingkat
pendapatan keluarga.
Pendidikan bukan hanya penting untuk membangun
masyarakat terpelajar yang menjelma dalam wujud critical mass, melainkan juga
dapat menjadi landasan yang kuat untuk memacu pertumbuhan ekonomi melalui
penyediaan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi,
mempunyai keahlian, dan keterampilan. Tenaga kerja dengan kualifikasi
pendidikan yang me madai akan memberi kontribusi pada peningkatan produktivitas
nasional.
Peningkatan kualitas SDM sangat diperlukan untuk
menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Pemakaian istilah ‘siap pakai’
seakan memberikan gambaran bahwa pendidikan itu harus menghasilkan robot-robot
yang akan melakukan tugas atau pekerjaan tertentu selama masih berfungsi.
Labour
Market Based
Di antara penyebab banyaknya pengang guran di
Indonesia adalah kesenjangan antara kompetensi para lulusan pendidikan dan
kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Permasalahan kesenjangan hasil
yang dicapai antara pendidikan dan lapangan kerja menunjukkan bahwa dalam
proses penyelenggaraan pendidikan belum terkoordinasi secara optimal antara
dunia pendidikan dan kerja.
Mengingat masih adanya kesenjangan antara dunia
pendidikan dan dunia kerja maka perlu mengkaji ulang dari sistem pendidikan itu
sendiri. Upaya ini dilakukan pada setiap level dan bidang dalam menyediakan SDM
agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam upaya membangun sistem
pendidikan sudah tentu harus ditujukan untuk pencapaian keselarasan antara
pendidikan dan dunia kerja.
Untuk mengatasi kesenjangan pendidikan dan pasar
kerja maka yang perlu dilakukan dalam membangun sistem pendidikan adalah
menerapkan pendidikan yang berbasis pasar kerja (labour market based). Pada
prosesnya, sampai saat ini masih bersifat product oriented, yaitu dunia
pendidikan lebih fokus pada upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Namun, kualitas dan karakteristik seperti apa yang
dibutuhkan oleh pasar kerja? Karena itu, labour market oriented saat ini lebih
tepat untuk menjawab kebutuhan pasar kerja akan tenaga kerja berkualitas dan
pada akhirnya mengurangi pengangguran terdidik. Untuk mendekatkan proses
pendidikan sejalan dengan perubahan kebijakan pendidikan berdasarkan pasar
kerja, perlu dilakukan need assessment dan tracer study.
Need assessment dilakukan untuk mengeksplorasi
kemampuan yang dimiliki peserta didik dengan melihat aspek sikap/motivasi,
kondisi fisik, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam studi sosiologi, sukses
ditentukan 20 persen gabungan kompetensi, yaitu pengetahun dan keterampilan,
serta 80 persen adalah sikap dan motivasi kerja.
Selama ini, pendidikan lebih menekankan aspek
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik sebagai calon tenaga kerja.
Hal inilah yang merupakan suatu kesenjangan antara dunia pendidikan dan kerja.
Karena itulah, untuk mengatasi kesenjangan yang ada, perlu dilakukan in plan
training dan basic skills kepada para lulusan pendidikan ketika memasuki dunia
kerja.
Tracer study merupakan pendekatan yang
memungkinkan institusi pendidikan memperoleh informasi tentang kekurangan dalam
proses pendidikan dan pembelajaran. Di banyak negara, ketidakcocokan
keterampilan menyebabkan pengangguran yang tinggi dan pengangguran terselubung.
Informasi yang diperoleh dari tracer study dapat
digunakan oleh lulusan pendidikan dan stakeholder pendidikan lainnya untuk
pengembangan kurikulum dan sistem pendidikan. Perencanaan kurikulum dan
pengembangan pendidikan menjadi lebih berbasis luas dan transdisiplin
dibandingkan sebelumnya. Penekanan lebih besar diprioritaskan pada beberapa
keterampilan dan studi berorientasi praktik.
Bagi dunia pendidikan, informasi mengenai
kompetensi yang relevan bagi dunia kerja dapat membantu upaya perbaikan
kurikulum dan sistem pembelajaran. Di lain pihak, dunia kerja dapat melihat ke
dalam lembaga pendidikan sehingga dapat menyiapkan diri dengan menyediakan
pelatihan-pela tihan yang lebih relevan.
Rahmat
Fazri
Analis
Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Kemenristek
REPUBLIKA,
10 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar demi Refleksi