Partikel
Higgs dan Humor Gamov
Dalam tulisannya yang bagus, ”Perburuan Asal Alam
Semesta”, di Kompas (9/7), fisikawan LT Handoko mengatakan, ”sering ...
popularitas mengalahkan realitas sejarah sehingga ... hanya nama Higgs yang
dipakai, (dan boson itu) tidak dinamai ’partikel Higgs–Englert–Brout’.”
Padahal, yang mengembangkan hipotesis tentang
munculnya partikel itu sebagai akibat kerusakan simetri secara spontan bukan
hanya Peter Higgs, melainkan juga Francois Englert dan Robert Brout (1964).
Mekanisme serupa diusulkan Gerald Guralnik, Richard Hagen, dan Tom Kibble.
Boson itu dijuluki ”partikel Tuhan” sebab ia merupakan
awal terciptanya semua partikel masif, bermassa tak nol, di jagat raya. Higgs
merasa tak nyaman dengan julukan ilahi ini. Ia memerlukan waktu lama sebelum
mulai terbiasa dengan sebutan itu.
Higgs memang rendah hati. Lagi pula, tentulah ia
tahu bahwa gagasan tentang perusakan simetri itu, seperti dikatakan LT Handoko,
telah dikemukakan Yuichiro Nambu pada awal 1960-an. Nambu bersama Han di
Universitas Chicago merintis kromodinamika dengan memperkenalkan tiga warna
yang memberi ciri tambahan kepada quark.
Masih
Gelap
Munculnya massa itu bukan sulapan. Itu bukan
penciptaan dari ketiadaan, creatio ex nihilo, tetapi dari energi yang
terkandung dalam medan sesuai dengan E>mc2 Albert Einstein. Selain ini,
kalaupun partikel yang ditemukan dua tim peneliti, ATLAS dan CMS, di Pusat
Penelitian Riset Nuklir Eropa (CERN), Geneva, dalam benturan hebat di dalam
pemercepat yang disebut Pembentur Hadron Besar (LHC) ini ternyata memang
partikel Higgs, massa yang mekanisme pembentukannya terungkap baru 4 persen dari
seluruh massa (di) jagat raya.
Keberadaan yang 96 persen diyakini dari efeknya
yang tampak pada meningkatnya laju pemuaian jagat raya dan pada agihan benda
langit. Karena yang teramati hanya efeknya, sedangkan ”dia” sendiri tak
kelihatan dan asal muasal serta hakikatnya masih gelap, muncullah julukan
energi gelap dan materi gelap. Inilah yang masih diteliti terus, baik dengan
alam raya sebagai laboratorium maupun dengan pemercepat besar seperti LHC di
CERN, Geneva, dan Tevatron di Fermilab, Batavia, Illinois, sebagai sarananya.
Teori terciptanya partikel bermassa tak nol itu
sudah ada jauh sebelum teori Guralnik–Hagen– Kibble dan Higgs–Englert–Brout
dipublikasikan tahun 1964. Pada 1939, Hans Bethe mengemukakan teori fusi dalam
lingkungan yang teramat sangat panas di bagian dalam bintang. Proton berfusi
menjadi deutron, lalu helium-3, kemudian muncul inti helium (atau partikel
alfa).
Bethe juga mengemukakan mekanisme fusi proton lain
yang disebut daur karbon sebab dalam daur ini karbon berperan sebagai katalis.
Pada 1948, George Gamov dan Ralph Alpher memublikasikan teori tentang
pembentukan unsur-unsur. Gamov dengan persetujuan Alpher menyisipkan nama Bethe
sebagai pengarang. Padahal, pengarang makalah itu hanya dia dan Alpher. Itu
dilakukannya mungkin untuk menghormati Bethe.
Jelas tak ada maksud Gamov mendongkrak namanya
dengan menggandeng nama besar Bethe sebab dia sudah diakui komunitas ilmuwan
sebagai fisikawan cemerlang. Memperoleh restu Stalin ”magang” pada Ernest
Rutherford di Laboratorium Cavendish, Inggris, setelah kembali ke Rusia, ia
yang minggat dan membelot ke Barat ini memang jenakawan. Dengan sisipan nama
Bethe, pengarang makalah itu: Alpher, Bethe, dan Gamov, rangkaian tiga abjad
pertama Yunani: alfa, beta, gamma.
Teori fusi Bethe dipublikasikan dengan judul ”Produksi
Energi di Bintang”, sedangkan teori ”Alfa-Beta-Gamma” dituangkan Alpher dan
Gamov dalam makalah ”Asal-usul Unsur-unsur Kimia”. Menurut teori
”Alfa-Beta-Gamma”, helium, litium, dan unsur yang lebih besar lain terbentuk
ketika jagat raya masih berupa ”bintik” energi yang teramat-sangat dahsyat dan
luar biasa padat sesaat setelah Dentuman Besar, Big Bang.
Istilah Big Bang diciptakan Fred Hoyle. Oleh
Hoyle, nama itu untuk jagat raya terdini yang ultrapanas tersebut dimaksudkan
sebagai ejekan. Karena disebarkan pers, istilah itu dipakai orang sampai kini.
Hoyle mengecam teori Alpher dan Gamov. Yang tercipta beberapa saat setelah
Dentuman Besar hanya proton, deuteron, helium-3, dan helium. Unsur selanjutnya
tercipta setelah lahir bintang-bintang. Mekanismenya seperti yang dijelaskan
Bethe: fusi termonuklir di pusat bintang.
Setelah proses pembentukan unsur di saat-saat
pertama pasca- Dentuman Besar sampai ke nomor massa 4 (helium), jagat raya
ultradini sudah memuai cukup ”besar” sehingga suhunya sudah tak lagi cukup
tinggi memungkinkan fusi proton-proton. Gamov galau dan jengkel karena ada dua
mekanisme pembentukan unsur yang berbeda. Namun, dasar jenakawan,
kejengkelannya disalurkannya menjadi sajak ”parodi Alkitabiah” berjudul
”Kejadian Baru” (New Genesis). Sajak itu di baris pertamanya dimulai dengan
”Pada mulanya Tuhan menciptakan energi dan yelm....”
Yelm ialah materi primordial. Selanjutnya dalam
sajak itu dibayangkan bahwa Tuhan menciptakan unsur-unsur cukup hanya dengan
menyabdakan nomor massanya. Nomor massa ialah jumlah nukleon, yang bisa berupa
proton bermuatan positif atau neutron yang netral. Celakanya, Tuhan ”lupa” akan
nomor massa lima sehingga nyaris menggagalkan berlanjutnya proses
penciptaan-Nya. Daripada mulai lagi dari awal, Dia mereka-cipta pemecahan
alternatif. ”Dan Tuhan pun bersabda: ’Jadilah Hoyle’, lalu Hoyle diperintah-Nya
menciptakan unsur-unsur berat seenaknya sendiri.”
Waktu itu Gamov, pembelot dari Rusia tersebut,
dosen dan peneliti di Universitas George Washington. Dalam bahasa Inggris,
Hoyle dilafalkan seperti hole, lubang, bolong. Ya, bolong setelah hitungan
”jadilah” keempat yang dititahkan Tuhan untuk membuat unsur dengan nomor massa
lebih besar dari empat.
Lelucon
Kisah di atas sekadar humor fisika seputar asal
usul materi di jagat raya. Jangan diterima serius, apalagi dianggap menyebarkan
isu SARA! Partikel yang dijuluki ”partikel Tuhan” dan didaku ditemukan di
LHC-CERN pada 4 Juli lalu juga disebut boson Higgs. Ini bukan kemauan Higgs.
Namun, nama itu bisa juga dianggap lelucon. Soalnya, penggagas kelahiran massa
sebagai akibat kerusakan simetri spontan bukan cuma Higgs.
”Lelucon” serupa terjadi ketika Edwin Powell
Hubble (astronom Inggris) dinobatkan sebagai ”penemu” pemuaian jagat raya
(1929). Padahal, 15 tahun sebelumnya pemuaian jagat raya itu dikemukakan Vesto
Melvin Slipher di kongres Sosietas Astronomi Amerika. Semua peserta kongres itu
serentak berdiri sambil bertepuk tangan menyambut pengumuman Slipher yang
didasarkannya pada efek Doppler itu. Celetuk Stephen Hawking kemudian: ”Hubble
mendengar (gemuruh standing ovation itu).”
Celetukan Hawking yang mencemoohkan ilmuwan
sesama-bangsanya ini entah tepat entah tidak sebab menjelang merampungkan
Relativitas Umum (1916), Einstein merasa kekurangan data eksperimen menambahkan
suku yang mengandung tetapan kosmologis pada persamaan medan gravitasinya atau
tidak. Mungkin Einstein tidak mengetahui temuan Slipher?
L
Wilardjo
Fisikawan
KOMPAS,
03 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar demi Refleksi