Krisis utang di zona euro sampai sekarang belum
berakhir dan perekonomian zona euro semakin parah. Gejolak finansial yang
berawal dari krisis utang di Yunani itu, kini semakin meluas dan menyeret
negara-negara pemakai euro ke dalam jurang resesi. Belum terlepas dari gejolak
krisis finansial Spanyol yang berada di peringkat keempat negara yang menguasai
perekonomian zona euro dan peringkat ke-12 kekuatan ekonomi dunia, masalah
kebangkrutan mulai semakin meluas ke Siprus yang menjadi negara selanjutnya
yang terkena efek domino dari krisis utang.
Krisis finansial zona euro yang semakin membelit
serta belum menemukan titik terang penyelesaiannya, justru kian mencemaskan
pasar dan kawasan zona euro serta dunia. Mendung kelabu ekonomi global kian
menggantung. Apalagi, setelah Italia, yang merupakan negara dengan perekonomian
terbesar ketiga di zona euro, kian terancam menjadi korban krisis finansial
dalam zona euro. Sebelumnya, ada beberapa negara zona euro yang telah terkena
badai krisis, yakni Yunani, Irlandia, dan Portugal.
Bahkan, tingkat pengangguran di zona euro menembus
rekor tertinggi baru pada Mei 2012, yakni 11,1 persen. Sebanyak 17,56 juta jiwa
kehilangan pekerjaan di 17 negara zona euro sepanjang bulan Mei 2012, terutama
di Prancis dan Spanyol. Badan Statistik Uni Eropa (UE) atau Eurostat menyatakan
bahwa data tersebut adalah rekor baru sejak 1995. Eurostat melaporkan bahwa
jumlah warga zona euro yang kehilangan pekerjaan bertambah hampir 2 juta jiwa
dalam 14 bulan terakhir ini.
Momentum
Indonesia
Indonesia dengan struktur pertumbuhan ekonomi yang
ditopang oleh konsumsi domestik dan ekspor produk manufaktur yang didominasi
komoditas setengah jadi seperti minyak sawit mentah (CPO/Crude Palm Oil),
hortikultura, agribisnis, dan kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
seharusnya dapat memanfaatkan momen peluang di tengah memburuknya krisis
ekonomi yang melanda Eropa dan ekonomi China yang mulai melambat (slow down).
Apalagi, tingkat pertumbuhan ekonomi zona euro rendah pada beberapa bulan ke
depan, bahkan bisa terjadi kontraksi pada periode Juli-September 2012.
Walaupun, kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa di Brussels,
Belgia, akhir Juni lalu dinilai berhasil meringankan beban negara-negara yang
menjadi korban zona euro sekaligus mengurangi kecemasan pasar.
Kepala Dewan Eropa, Herman Achille Van Rompuy
menyatakan bahwa rekapitalisasi langsung dari dana talangan sebesar 500 miliar
euro baru akan bisa diimplementasikan sesudah terbentuk satu badan khusus yang
akan ditugasi Uni Eropa sebagai mitra kerja Bank Sentral Eropa (ECB) untuk
mengawasi perbankan seluruh Eropa.
Para pemimpin dari 27 negara anggota UE sepakat
mengizinkan dana penyelamatan bernama Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM)
diaktifkan menggantikan Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) untuk memulihkan
kembali kepercayaan pasar, menstabilkan utang pemerintah negara-negara anggota
UE sekaligus mengendalikan pasar finansial atau untuk menurunkan bunga surat
utang anggota yang bermasalah. Antara lain, dengan membeli langsung surat utang
anggota yang bermasalah tanpa mewajibkan anggota mengadopsi kebijakan
pengetatan anggaran atau disiplin fiskal. Ini diharapkan akan banyak mengangkat
negeri Matador dan Italia dari ketidakpercayaan pasar pada kemampuan pelunasan
utang kedua negara.
Namun, Finlandia dan Belanda, kreditor garis keras
di zona euro bersikukuh mementahkan kesepakatan KTT Uni Eropa tersebut. Jerman
pun menolak, bahkan Kanselir Jerman, Angela Dorothea Merkel menekankan betapa
kebangkrutan dan pil pahit harus ditelan negara-negara zona euro untuk membuka
jalan, memperbaiki disiplin ekonomi, dan mengatasi akar masalah di zona euro.
Krisis zona euro masih jauh dari berakhir.
Oleh karena itu, Indonesia harus mewaspadai imbas
krisis utang dan penurunan pertumbuhan ekonomi di Eropa yang telah mengerem
laju perekonomian AS, dapat meluber berdampak pada krisis global dan berisiko
besar menghambat pertumbuhan ekonomi dunia mengingat tren pelemahan ekspor
Indonesia sebagaimana tercermin defisit dalam nilai neraca perdagangan
Indonesia selama 3 bulan berturut-turut sejak April 2012.
Indonesia yang didukung dengan kekayaan sumber
daya alam yang begitu melimpah ruah, konsumsi domestik yang kuat dengan jumlah
penduduk 237,56 juta jiwa, investasi yang tumbuh pesat, serta fiskal yang
sehat, niscaya dunia masih tetap melirik Indonesia. Dunia pasti melirik potensi
ekonomi Indonesia yang masih bisa bertumbuh untuk jangka panjang apabila
pemerintah sukses membenahi birokrasi, mempercepat pembangunan infrastruktur
sekaligus menyelesaikan persoalan ketersediaan sumber daya energi yang kurang
memadai, menurunkan berbagai ekonomi biaya tinggi.
Pemerintah dengan langkah sistematik harus
memfasilitasi pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang cakap, mampu,
cekatan, sehat, inovatif, dan menguasai iptek, sekaligus memfasilitasi
pengusaha nasional mengubah mindset, orientasi, strategi bisnis dari lokal dan
regional menuju global serta mampu menaikkan daya saing. Selain itu, pemerintah
harus memperbaiki law enforcement dan menyediakan kepastian hukum bagi pelaku
dunia usaha dengan segera merampungkan regulasi, perbaikan transmisi kebijakan
keuangan serta kebijakan energi, kebijakan industri nasional, kebijakan
investasi pada sektor ekonomi rakyat produktif, dan krusialnya koordinasi
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini penting agar mampu
memicu pertumbuhan berkualitas dan pemerataan ekonomi yang berakselerasi, bisa
melaju, dan berlari lebih kencang lagi mengejar ketertinggalan dari negara
lain.
Joseph
Henricus Gunawan
Alumnus
University of Southern Queensland (USQ), Australia
SUARA
KARYA , 05 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar demi Refleksi