Ada apa
sesungguhnya dengan Kurikulum 2013? Begitu banyak silang pendapat ketika
pemerintah akan memberlakukan Kurikulum 2013. Lewat tulisan pendek ini saya tak
hendak ikut bersilang pendapat, akan tetapi sekadar ingin "berbagi
cerita" mengenai proses-proses dalam penyusunan kurikulum. Sebagai
anggotaTim Penyusun Kurikulum Mata Pelajaran Antropologi, saya tak hendak
bersombong diri, melainkan sekadar berbagi pengalaman, siapa tahu ada
manfaatnya.
Pertama,
apa dan bagaimana tentang Kompetensi Inti yang banyak diperdebatkan itu?
Kompetensi Inti berisi kebiasaan berpikir dan bertindak yang merupakan
perwujudan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dipelajari. Kurikulum 2013
menitikberatkan struktur capaian pada Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan. Sementara
Kurikulum sebelumnya bertitik berat pada Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan.
Hal itu
jelas berimplikasi pada struktur dan isi kurikulum. Mengapa berubah capaian
dengan menitikberatkan pengutamaan "sikap", dan bukan
"pengetahuan"? Karena kurikulum ini "berharap" suatu
perubahan sikap peserta didik sebagai hal yang utama. Kalau peserta didik
mempunyai sikap yang baik, terpuji, jujur, dan disiplin maka mereka akan
menyerap ilmu dengan baik, terarah, sadar, "butuh" tanpa dipaksa.
Mereka sudah dapat memilih mata pelajaran atau ilmu yang akan ditekuninya sejak
dari SMA. Oleh karenanya, di SMA ada mata pelajaran peminatan.
Kurikulum
2013 juga bermaksud mengurangi verbalisme, dengan paradigma indirect learning
dan direct learning (tidak semua Kompetensi Dasar diajarkan secara langsung).
Kompetensi Inti 1 dan 2 (lazim disebut KI 1 dan KI 2) berisi kompetensi tentang
nilai yang disampaikan secara indirect learning, sehingga pada KI 1
dan KI 2 yang memuat nilai-ketuhanan dan nilai-nilai sosial-kemanusiaan ini
tidak ada materi yang diajarkan akan tetapi menjadi "semangat" di
dalam setiap mata pelajaran di semua tingkat.
Misalnya,
pada KI 1 yang berisi menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
(berlaku semua mata pelajaran dan di semua jenjang) dapat diwujudkan dalam
Kompetensi Dasar sebagai berikut, untuk pelajaran Fisika misalnya, mensyukuri
kebesaran Tuhan dengan ciptaan-Nya berupa alam seisinya dengan berbagai gerak
gaya gravitasi yang sudah diatur tanpa menimbulkan kekisruhan. Dalam pelajaran
Biologi, mensyukuri kebesaran Tuhan berdasarkan ajaran agama yang dianut
tentang ciptaan-Nya berupa alam seisinya dan mensyukuri anugerah ciptaan
tersebut.
Dalam
pelajaran bahasa (baik asing maupun Indonesia), menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianut dengan mensyukuri anugerah Tuhan tentang keragaman
bahasa dan tradisi lisan yang ada. Untuk pelajaran Antropologi kelas X
misalnya, kompetensi dasarnya dapat berupa mensyukuri keberagaman agama,
budaya, tradisi, dan bahasa dalam kehidupan sebagai anugerah Tuhan Yang
Mahaesa. Atau, untuk Sosiologi kelas X misalnya, mensyukuri keberagaman agama
dalam kehidupan sosial budaya sebagai anugerah Tuhan.
Tidak Membebani
Demikian
pula dalam KI 2 yang berisi (saya singkat substansinya saja karena keterbatasan
ruang) menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli. Untuk pelajaran di SD berupa Jaringan Tematik: diri sendiri, jujur,
tertib, dan bersih. Untuk Matematika, dengan menata benda-benda di sekitar
ruang kelas berdasarkan dimensi (bangun datar, bangun ruang), beratnya, atau
urutan kelompok terkecil sampai terbesar dengan rapi (menunjukkan kedisiplinan
dan tanggung jawab).
Mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan: mengetahui dan mampu
memilih jajanan sehat, mengetahui cara menjaga kebersihan diri yang meliputi
kebersihan badan, kuku, kulit, gigi, dan rambut serta pakaian. Seni, Budaya dan
Desain: menunjukkan rasa ingin tahu untuk mengenal alam di lingkungan sekitar
sebagai ide untuk berkarya.
Dalam
PKN: menunjukkan perilaku baik (jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli/ kasih sayang, dan percaya diri) dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan guru sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila. Dalam Bahasa
Indonesia: menunjukkan perilaku baik dan sopan dalam mendengarkan dan berbicara
pada saat memperkenalkan identitas diri, bercakap-cakap dengan keluarga, guru,
dan teman.
Sementara
itu KI 3 berisi pengetahuan dan KI 4 berisi proses pembelajaran, dan inilah
yang merupakan direct learning yang langsung berisi materi dan
proses pembelajaran dalam Kompetensi Dasarnya. KD yang ada di KI 1 dan KI 2
tidak memiliki materi pokok, karena materi pokoknya ada di KD di KI 3. KD di KI
1 dan KI 2 dicapai melalui materi di KI 3 dan Proses di KD pada KI 4 (Akumulasi
dari KI 3 dan KI4. KD yang ada di KI 3 mencakup semua pengetahuan yang harus
dimiliki. KD yang ada di KI 4 merupakan langkah-langkah pembelajaran.
Kompetensi
Dasar KI 1 dan 2 merupakan akumulasi dari KD yang ada di KI 3 dan KI 4.
Kompetensi Dasar di KI 3 linier dengan KD yang ada di KI 4, jumlah KD di
KI 3 sama dengan jumlah KD di KI 4 (KD 3.1 link dengan KD 4.1, KD 3.2,
link dengan KD 4.2, dst). Materi Pokok dalam KD 3.1 pembelajarannya
di KD 4.1). Jika ada 5 KD di KI 3 (pengetahuan), maka seharusnya ada 5 KD di KI
4 (tahapan proses pembelajaran). Namun, dalam kasus tertentu, KD di KI 3 bisa
jadi tidak linier (korespondensi satu-satu) dengan KD yang ada di KI 4 karena
langkah-langkah pembelajaran pada KD di KI 4 mencakup beberapa KD yang
ada di KI 3. Artinya, satu KD di KI 4 dapat mencakup beberapa KD di KI 3.
Dengan
contoh singkat ini --karena keterbatasan ruang --maka jelas kurikulum 3013 tidak
membebani guru di luar mata pelajaran agama untuk mengajarkan agama. Mengapa?
Karena KI1 dan KI 2 yang berlaku umum itu tidak mengajarkan materi secara
pengetahuan, akan tetapi sikap dan nilai (indirect learning). Sehingga
sikap jujur, disiplin, ketaatan beragama, tanggung jawab dan berbudi pekerti
baik tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama dan guru PKN, akan tetapi
semua guru.
Tri
Marhaeni Puji Astuti ;
Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu
Sosial Unnes, Anggota Tim Penyusun Kurikulum Mata Pelajaran Antropologi
SUARA MERDEKA, 30 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar demi Refleksi